FF – Twins Love Story | chapter 5 (end) : Love for Twins | by beedragon


Title : Twins Love Story

Subtitle : [chapter 5 -END] Love for Twins

Author : beedragon

Cast:

Youngmin Boyfriend as Jo Youngmin

Kwangmin Boyfriend as Jo Kwangmin

Jang Haebyul (Ulzzang) as Jang Haebyul / Miss Jang

Other Cast

Minwoo Boyfriend as Noh Minwoo

Kim Shinyeong (Ulzzang) as Kim Shinyeong

Kim Seulmi (Ulzzang) asn Kim Seulmi

Genre : Romance, friendship, family, school life.

Length : Series

Rating / pairing : PG15 / Straight (tolong diingat ini straight!)

Summary : Kwangmin meninggalkan saudara kembarnya, Youngmin, hanya untuk mengejar cinta-pada-pandangan-pertamanya. Merasa dikhianati Youngmin pun pergi menyusul Kwangmin ke Seoul demi untuk membawanya pulang kembali. Segala cara ia lakukan agar bisa membawa Kwangmin kembali ke Tokyo, termasuk dengan cara menyamar menjadi perempuan.

Disclaimer : This is only fiction. This is only Bee imagination. I Do Own This Fiction so Do Not Copy Paste Without My Permission and Don’t Be Silent Reader

Love for Twins

PART 1 PART 2 PART 3 PART 4

Putaran final turnamen basket telah tiba. Pertandingan final ini diadakan di sebuah gedung olahraga yang ada di pusat kota Seoul. Starship Academy, yang lolos ke babak final ini akan bersaing dengan sebuah sekolah swasta yang cukup dikenal akan kehebatan para pemain basketnya.

Saat ini beberapa siswa yang ikutan bertanding tengah melakukan pemanasan di pinggir-pinggir lapangan. Disaat semuanya sedang sibuk pemanasan, Youngmin malah sibuk memprovokasi Kwangmin, mengganggunya dengan sejuta pendapatnya.

“kamu serius menyukai Haebyul? Apa kamu gak bisa menyukai yeoja yang lain? Memangnya kamu gak bisa nemuin yeoja yang lebih cute dari Haebyul.Haebyul itu sama sekali bukan tipemu,” tegas Youngmin.

Kwangmin yang sedang pemanasan pun mau tak mau merasa terganggu juga dengan semua kecerewetan Youngmin. “memangnya kenapa sih kalo aku jadian sama bintang laut itu? Kamu takut aku gak akan balik lagi ke jepang karena memacarinya atau takut dia akan menerima perasaanku?” tuding Kwangmin.

“Bintang laut??? Itu panggilanmu terhadap dia?!” protes Youngmin.

“ne, dan dia memanggilku Mr. MVP. Waeyo?? Kita sudah benar-benar seperti sepasang kekasih bukan? Bahkan kita sudah punya nama panggilan masing-masing,” ujar Kwangmin memanas-manasi Youngmin.

Mendengar itu Youngmin pun akhirnya menyerah dan meninggalkan Kwangmin. Youngmin beralih ke tim basket Starship yang sedang latihan dan memberikan mereka pemanasan berupa sit up seratus kali sebagai pelampiasan kekesalannya.

“oi Kwangmin, ada apa dengan kembaranmu itu. kalau dia ngamuk seperti itu, kita bisa-bisa kalah duluan karena tim pada kecapekan akibat ulah dia.” Tegur Minwoo.

“Hahaha biar saja. Aku hanya suka menggodanya saja.Habis anak itu kurang peka sih.” Sahut Kwangmin sambil tersenyum melihat Youngmin yang tengah melampiaskan kekesalannya pada handuk-handuk yang tak bersalah.

“memangnya kamu beneran serius sama Haebyul? Youngmin terus minta aku agar bujuk kamu menjauhinya. Dia stress belakangan ini melihat kamu dekat samaHaebyul terus. Aku yang capek dengar keluhannya.” Keluh Minwoo.

“Aku dan Haebyul itu hanya teman. Lagian aku mana suka sama yeoja yang gak punya aegyo sama sekali seperti dia. Dia itu sama sekali bukan tipeku.”

“lalu dengan Noona gimana? Kamu benar sudah menyerah?Youngmin pasti bahagia sekali,” ujar Minwoo.

“ne, aku…” ucapan Kwangmin terputus karena ada yang menegurnya.

Seorang perempuan cantik dengan rambut sedikit ikal kecoklatan yang sedang menegur Kwangmin dan Minwoo. Perempuan itu mengikat rambutnya ala buah apel yang membuatnya terlihat makit imut. Perempuan itu tersenyum kemudian sedikit membungkukkan badannya memberi salam pada Kwangmin dan Minwoo.

“Annyeong haseyo,” sapanya.

Kwangmin dan Minwoo menatap perempuan itu bingung. Keduanya berusaha meyakinkan diri mereka kalau perempuan cantik tersebut memang sedang menegur mereka.

“annyeong haseyo. Do HweJi imnida.” Sapa perempuan itu sambil menyodorkan tangannya kearah Kwangmin.

Kwangmin dan Minwoo hanya saling berpandangan melihat perempuan di hadapan mereka. Karena tangannya diacuhkan oleh Kwangmin, akhirnya perempuan bernama Do HweJi tersebut menarik tangan Kwangmin dan menjabatnya.

“Annyeong haseyo. Choneun Do HweJi imnida. Kamu bisa panggil aku Hweji atu Jiji. Nan niga johahae. Nae namjachingu dwejullae??” Tanya Hweji sambil menebarkan senyum termanisnya.

“Eeeehhh???!!!” seru Kwangmin dan Minwoo. Keduanya kaget sekaligus bingung dengan sikap frontal yang ditunjukkan Hweji. Bagaimana tidak bingung, tiba-tiba saja dia datang lalu mengenalkan dirinya dan dorr! Namjachingu dwejullae? Siapapun pasti akan kaget mendengarnya.

“wae? Aku sungguh suka sama kamu. Aku mengamatimu sepanjang turnamen ini. Selain itu aku juga sudah tertarik padamu sejak namamu beredar di situs-situs olahraga basket. Dan akhirnya aku punya kesempatan untuk ketemu kamu secara langsung disini.Ternyata kau jauh lebih tampan kalau dilihat langsung. Jadi maukah kamu menerimaku?” Tanya Hweji lagi sambil mengeluarkan aegyo-nya.

Kwangmin dan Minwoo masih saling berpandangan bingung.Kwangmin akhirnya memberi isyarat pada Minwoo untuk membantunya menghadapi pernyataan-cinta-kilat ini.

“sebelumnya Do Hweji-ssi, apa kamu gak terlalu frontal? Kamu tiba-tiba datang, menarik tangannya dan berkenalan dengannya dan lalu ingin menjadi yeojachingu-nya? Memangnya kamu tahu siapa dia?” ujar Minwoo mencoba membantu Kwangmin yang masih speechles.

“tentu aku tahu, dia adalah Jo Kwangmin, penyerang di tim basket Starship kan? kuharap sih Kwangmin-ssi tidak menolakku. Karena aku sungguh menyukaimu.” Sahut Hweji masih sambil tersenyum manis menatap Kwangmin. “Lagipula kwangmin-ssi belum punya yeojachingu kan?? aku baca di profil dia itu masih single.”

“Kwangmin itu sudah ada yeoja yang dia sukai. Jadi lebih baik kamu jangan berharap terlalu banyak padanya.” Ujar Minwoo lagi, berharap kali ini perempuan dihadapan mereka itu akan menyerah.

“ohh,” Hweji manggut-manggut seolah mengerti. “Tapi kamu belum menjadi namjachingunya kan? Daripada kamu hanya mencintai sepihak tanpa pernah dibalas, lebih baik bersamaku karena aku sudah terlanjur menyukaimu. Dan lagipula apa kamu tahu, rasanya di tolak itu tidak enak, jadi kuharap kamu mau menerimaku.” Ujar HweJi sambil tak lepas menatap Kwangmin.

Kalimat Hweji tersebut membuat Kwangmin mau tidak mau tersenyum. Tentu saja Kwangmin tahu persis rasanya ditolak itu seperti apa. Ia akhirnya melepaskan tangannya yang sedari tadi digenggam oleh Hweji.

“aku akan bertanding sebentar lagi. Kalau kamu masih mau jawabannya, tunggulah sampai pertandingan ini selesai.” Ujar Kwangmin.“Kalau aku menang di pertandingan ini maka aku akan mempertimbangkannya.”

Minwoo sudah menatap Kwangmin tak percaya. Sementara Hweji sudah kegirangan tak menentu. Hweji akhirnya meninggalkan Kwangmin dan Minwoo kembali ke teman-temannya sambil melompat-lompat kecil seperti anak kelinci yang baru saja dapat wortel.

“yah,apa yang kamu lakukan? Kamu mau memberi dia harapan?Kamu mau terima dia atau tolak dia? Aigoo, udah tau Youngmin gak suka yeoja kaya begitu tapi kamu terus aja mencari-cari masalah sama dia.” Protes Minwoo begitu Hweji pergi.

“biar saja. Akan terasa jahat kalau aku langsung tolak dia kan?” sahut Kwangmin yang masih menatap sosok Hweji yang sudah berkumpul dengan teman-temannya.

“jadi kamu mau menerimanya? Aku tahu yeoja itu tipe kamu banget. Tapi…” Minwoo menarik napas sejenak. “kamu itu baru kenal dengannya tadi. Kamu bahkan belum tahu apa-apa tentang dia. Dan kamu mau terima dia? Kamu benar-benar player, Kwang.”

“masih lebih baik aku, hanya dengan sekali lihat aku sudah langsung suka. Setidaknya aku tahu kalau dia itu yeoja asli. Memangnya kamu, yang gak bisa bedain mana yeoja dan mana namja. Ckckck.” Ujar Kwangmin sambil melengos.

“WHAT!!! Yah! Youngmin cerita apa aja sama kamu hah?! Yah Jo Kwangmin!!”

***

“YEOJACHINGU?!!!” seru Youngmin begitu Kwangmin mengenalkan Hweji padanya.Youngmin melongo, menatap Hweji dari ujung kepala sampai ujung kaki.Youngmin langsung menunjukkan wajah tak sukanya.

“kapan kalian jadian? Rasanya baru kemarin kamu berpaling ke Haebyul setelah lelah mengejar-ngejar Shinyoung-ssi.Dan sekarang kamu sudah berpindah hati lagi,” tuding Youngmin pada kembarannya.

“dan kamu, siapa namamu tadi?Dweji?? bagaimana bisa kamu langsung menyatakan perasaanmu seperti itu? memangnya kamu tau seperti apa Kwangmin itu,” ketus Youngmin pada Hweji.

“Mwo?! Dweji?!! Yah, jangan mentang-mentang kamu ini kembaran Kwangmin Oppa lalu kamu seenaknya aja mengataiku seperti itu,” protes Hweji.
“Kwangmin Oppa masa kamu diam aja aku dipanggil dweji sama kembaranmu.” Rengek Hweji ke Kwangmin.

“maafkan saudaraku ya Hweji. Sekarang kamu pulang dulu aja. Biar aku bicara sama Youngmin.” Bujuk Kwangmin. Dan Hweji pun menurut, pergi meninggalkan kedua saudara kembar tersebut.

“harusnya kamu senang Young. Karena dengan begitu aku gak akan ngejar-ngejar Bintang Laut lagi.”Ujar Kwangmin begitu dilihatnya Hweji sudah benar-benar pergi bersama teman-temannya. “Dan misimu disini selesai sudah, karena sekarang sudah gak ada alasan lagi buatmu untuk tetap disini.Aku sudah punya kekasih, dan sesuai janji kamu akan kembali ke Jepang kalo aku bisa mendapat pacar.”

“kamu memacarinya karena ingin aku segera pergi dari sini atau karena ada alasan lain??” selidik Youngmin. “hanya dengan sekali lihat aku bisa menebak alasan kamu menerima yeoja tadi.”

Kwangmin hanya diam mendengar ucapan Youngmin. Ekspresinya menunjukkan kalau ia menunggu apa yang sedang direka oleh Youngmin.

“wajahnya,” tebak Youngmin. “kamu menerima dia karena wajahnya mirip sekali dengan Yura. Apa kamu tidak picik Kwang. Kamu masih mencintai Yura tapi tidak bisa mendapatkannya, makanya kamu menerima yeoja yang mirip Yura agar perasaanmu terbalaskan.Begitu bukan?Kamu benar-benar tak bisa dipercaya.”

“kamu bisa menebaknya, seperti yang kuduga, kamu memang kembaranku,” ujar Kwangmin sambil tersenyum.
Youngmin sudah melotot melihat reaksi kembarannya tersebut. Tentu saja ia bisa melihat kemiripan antara Hweji dengan Yura. Tapi ia tak habis pikir kalau Kwangmin akan menerima gadis itu hanya karena ia mirip Yura.

“kamu tahu, cara paling ampuh untuk melupakan orang yang tidak bisa kamu lupakan?” Tanya Kwangmin. “adalah dengan mencari penggantinya. Tapi jika kamu tak bisa menemukan penggantinya, maka yang perlu kamu lakukan adalah terus melihatnya, dengan begitu kamu akan bosan dan akhirnya mampu untuk melupakannya.”

Youngmin hanya bisa terdiam mendengar ucapan Kwangmin. Baginya Kwangmin sekarang sudah sangat jauh berbeda dari yang ia kenal dulu. Ia merasa sudah semakin jauh saja dari kembarannya tesebut. Terlalu banyak jarak diantara mereka yang tidak bisa Youngminlewati, salah satunya adalah masalah kembarannya tersebut dengan Yura.

“sebenarnya apa yang sudah Yura lakukan padamu sampai kamu jadi seperti ini Kwang? Kalau kamu terus bersikap seperti ini aku jadi tidak tahu harus membela siapa diantara kalian berdua.Apa yang sebenarnya terjadi diantara kalian, huh?” Tanya Youngmin frustasi.

***

Musim dingin akan tiba. Dan seperti biasa, Starship Academy akan mengadakan festival terbuka untuk menyambut musim semi. Disaat seperti ini Starship academy –lebih tepatnya gedung olahraga Starship– akan terbuka untuk umum dimana festival tahunan tersebut akan dirayakan disana. Siapapun bebas untuk masuk, karena memang gedung olahraga Starship berada diluar area sekolah dan asrama.

Dan saat ini Youngmin, Kwangmin, beserta Haebyul dan murid-murid lainnya sedang mempersiapkan gedung olahraga, dimana nantinya disana akan dipasang stand-stand pameran seperti layaknya festival. Mereka bertiga beserta Hweji –yang tiba-tiba muncul untuk memberikan makan siang khusus buat Kwangmin– beristirahat sejenak untuk makan siang bersama.Mereka memakan bekal yang dibuat oleh Hweji.Entah disengaja atau tidak, tapi Kwangmin terlihat begitu perhatian pada Hweji. Hal tersebut membuat Youngmin jadi sebal akan kembarannya. Ia berpikir kalau Kwangmin itu hanya berpura-pura saja.Youngmin akhirnya mengalihkan perhatiannya pada Haebyul yang sedang sibuk membersihkan sayuran dari sandwichnya.

“aku perhatikan daritadi kamu membuang sayuran yang ada di sandwichmu. Gimana kamu bisa sehat kalau kamu gak mau makan sayur,” protes Youngmin.

“Aku hanya gak suka sayur.”

“tapi sayur itu sehat. Kamu harus makan ini,” Youngmin lalu menyodorkan sesendok salad ke mulut Haebyul.

“Ahh shireo!Aku bukan kambing.” tolak Haebyul.

“makan,” Youngmin masih belum mau menyerah.

“kalian….” Sela Hweji, membuat Youngmin dan Haebyul menghentikan aktivitas mereka. “kalian seperti sepasang kekasih saja.”

Kalimat polos yang keluar dari mulut Hweji tersebut sukses membuat Haebyul dan Youngmin melongo, lain halnya dengan Kwangmin yang sudah terbahak-bahak.Youngmin langsung mengejar Hweji yang sudah berlari menghindari aura membunuh Youngmin.

***

Festival sudah tiba. Banyak masyarakat sekitar yang mengunjungi gedung olahraga Starship untuk menikmati festival tahunan ini. Mendadak gedung olahraga jadi seperti pasar dengan membludaknya pengunjung yang datang.

Youngmin dan Haebyul yang sedang berjaga di meja informasi juga cukup sibuk, karena banyak pengunjung yang bertanya-tanya pada mereka atau sekedar foto bareng dengan Haebyul.

“Astaga Haebyul, aku gak tahu kalo kamu setenar ini,” protes Youngmin.

“kekeke, kamu sirik ato cemburu?” sahut Haebyul.

“untuk apa cemburu…” gumam Youngmin.

“dan lagi kenapa kamu memakai pakaian seminim itu dimusim seperti ini?! Kamu ini benar-benar mencari penyakit!” seru Youngmin sambil melepas coat dari bahan wool yang dia pakai kemudian memakaikan coat tersebut ke Haebyul.

Haebyul yang menerima kebaikan hati Youngmin itu langsung menatap Youngmin dengan pandangan aneh. Terlihat sedikit semburat merah di pipinya – yang Youngmin artikan sebagai efek dari make up Haebyul yang yang terkena bias matahari.

“kusarankan sebaiknya kamu berhenti berikap seperti itu padaku. kamu bisa membuat orang jadi salah paham,” gumam Haebyul.

“ehh kamu bilang apa tadi??” tanya Youngmin. Tampaknya dia tak mendengarkan apa yang Haebyul ucapkan.

Kemudian mereka kembali sibuk dengan pekerjaan mereka, yaitu memberi informasi seputar festival kepada pengunjung yang datang. Sampai akhirnya handphone Youngmin berbunyi nyaring menyela konsentrasi mereka.

“yoboseyo? Ahh moshi-moshi okasan(hallo ibu)! Hai, youngmin wa genki (ya, Youngmin baik-baik saja).” sapa Youngmin dengan nada ceria.

Haebyul yang mendengarkan percakapan Youngmin itu langsung menduga kalau yang menelepon Youngmin adalah keluarganya yang di Jepang sana. Karena tidak terlalu mengerti bahasa Jepang, Haebyul memutuskan untuk tidak mendengarkan percakapan Youngmin tersebut. Tapi hal itu urung dilakukannya ketika Youngmin berteriak pada handphonenya.

“NANI?! Dou…?” suara Youngmin terdengar melemah. Haebyul bisa menebak kalau telepon tesebut baru saja memberikan kabar buruk bagi Youngmin. Terbukti sekarang Youngmin sudah gemetaran dan napasnya terdengar memburu. Setelah memutuskan hubungan teleponnya, Youngmin terlihat meremas handphonenya seolah ingin mematahkannya.

“Wae geurae?” Haebyul mencoba bertanya pada Youngmin.

“Amugotdo eopseo. Kamu tunggu disini sebentar. Aku mau mencari Kwangmin,” geram Youngmin. Youngmin lalu berlari meninggalkan Haebyul dengan sejuta pertanyaan dan kekhawatirannya.

Selang beberapa menit ditinggal oleh Youngmin, datanglah sunbae-nya yang adalah ketua tim basket, menghampiri Haebyul. “Miss Jang. Youngmin meninggalkanmu eoh? Aku disuruh dia untuk menemanimu disini.”

“ahh, gwenchanayo Sunbae. Memang Sunbae ketemu Youngmin dimana? Dia bilang mau kemana?” tanya Haebyul.

“dia bilang dia mau bunuh Kwangmin. Ahahaha anak itu, begitu posesif terhadap kembarannya.”

Mendengar ucapan Sunbaenya tersebut, Haebyul langsung merasa khawatir. Mengingat tadi Youngmin pergi dengan amarah yang memuncak, bisa saja apa yang diucapkan Sunbaenya tersebut jadi nyata.

***

“YAH!! JO KWANGMIN!!!” seru Youngmin begitu dirinya sampai di tempat dimana Kwangmin bertugas jaga sebagai panitia festival hari ini.

Tanpa basa-basi, bahkan tanpa sempat mendengar sapaan dari Kwangmin, Youngmin langsung menarik kerah baju Kwangmin dan menggeretnya ke tempat lain. Minwoo yang juga sedang berjaga bersama Kwangmin pun mau tak mau mengikuti kedua saudara kembar itu untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Begitu sampai di belakang gedung olahraga yang jauh dari hingar bingar festival, Youngmin langsung mendorong tubuh Kwangmin kemudian meninju wajahnya. Minwoo yang kaget melihat serangan mendadak itu langsung saja menahan tubuh Youngmin agar Youngmin tidak memukuli Kwangmin lebih jauh lagi. Bagi Minwoo, ini adalah pertama kalinya dirinya melihat saudara kembar ini berkelahi. Biasanya seemosi apapun mereka, mereka hanya akan perang mulut dan tidak akan menggunakan tinju mereka.

“Youngmin! Neo wae geurae?!!” seru Minwo sambil mengunci tubuh Youngmin.

“Lepas Minwoo!! Aku mau menghajar makhluk ini! Sungguh aku gak bisa maafkan dia!!” seru Youngmin dan akhirnya berhasil melepaskan diri dari Minwoo.

Kwangmin yang menyadari adanya bahaya yang datang padanya langsung bergegas untuk menghindar, tapi terlambat karena pukulan Youngmin kembali mengenainya dan membuatnya tersungkur.

“Michin geoni?!” seru Minwoo yang berusaha melepaskan Youngmin yang sudah duduk diatas tubuh Kwangmin dan memukulinya.

Minwoo akhirnya berhasil memisahkan Youngmin. Kwangmin masih terpuruk di tempatnya dan masih terlihat shock atas apa yang dilakukan kembarannya terhadap dirinya. Kwangmin mengusap ujung bibirnya yang berdarah.

“kamu kenapa?! Kamu kerasukan apa Youngmin!” seru Kwangmin.

“neo ttaemun-e! neo ttaemun-e Yura jugeo eosseoyo!! Yura jugeodago!!! (karena kamu! Karena kamu Yura mati! Yura mati!)” jerit Youngmin. Detik berikutnya Youngmin sudah menangis sedu.

“yura… apa..??” Kwangmin terdengar kaget dengan ucapan Youngmin.

“Kalau saja kamu mau mendengarkanku!! Kalau saja kamu mau menurutiku untuk pulang ke Jepang! Mungkin Yura masih hidup sekarang. Yura…..” seru Youngmin.

“jangan bohong Young…”

“Aku tidak bohong!!” sentak Youngmin. “untuk apa aku berbohong kalau Yura sudah meninggal!! Agar kamu mau pulang ke jepang!! Itu adalah hal yang tidak akan pernah aku lakukan!!”

Youngmin kemudian melempar handphonenya ke hadapan Kwangmin. Ia lalu menyuruh Kwangmin untuk membaca sms terakhirnya dengan Yura.

Message from Yura:
Youngmin, maaf. Maaf karena aku tidak bisa lagi menunggumu untuk kembali. Aku tidak kuat.

Dan beberapa pesan terkahir dari Yura yang menggambarkan betapa depresinya Yura belakangan ini. Kwangmin termenung membaca pesan-pesan itu.

“Yura bunuh diri semalam. Dia terlalu menyesal karena semua sikapnya telah membuatmu meninggalkannya. Dia memohon padaku untuk membawamu kembali padanya. Karena itu aku merendahkan diriku menyamar menjadi yeoja seperti ini!!” seru Youngmin sambil melepas dua gulung kaus kaki yang bersembunyi di dadanya.

“Dia selalu mencintaimu, babo! Selalu! Tapi kamu hanya karena satu penolakan dari dia sudah langsung menyerah dan melarikan diri! Sekarang kalau sudah seperti ini semua perjuanganku sia-sia! Penyamaran ini jadi tak berarti! Kamu benar-benar kejam Kwangmin!” Youngmin kembali berteriak.

Kwangmin tampak sangat terkejut dengan semua ucapan Youngmin. Sementara Minwoo hanya bisa prihatin mendengar betapa peliknya kisah kedua anak kembar ini. Minwoo akhirnya memunguti kaus kaki Youngmin dan memberikannya pada Youngmin agar dipakainya lagi.

“Disini ramai Youngmin. Sebaiknya kita bicarakan di asrama saja,” bujuk Minwoo. Minwoo kemudian membantu Kwangmin untuk berdiri.

“Apa-apaan ini?!” terdengar seruan suara perempuan menyela percakapan mereka.

Ketiga lelaki itu langsung menoleh ke sumber suara. Kagetlah mereka melihat siapa yang kini sedang menampakkan wajah shocknya.

“Youngmin.. neo… namja?!!” seru perempuan tersebut.

“seul.. mi…” gugup Youngmin.

***

Berita kalau Youngmin adalah lelaki langsung menyebar luas. Tidak sampai sehari semua murid sudah tahu mengenai kabar mengejutkan ini. Dan berkat ultimatum dari seluruh murid yang menginginkan Youngmin untuk di keluarkan, akhirnya keesokan hari Youngmin memutuskan untuk mengundurkan diri dari sekolah.

Saat ini Youngmin tengah merapikan semua pakaiannya yang ada di kamar asrama. Semalam ia menginap di klinik sekolah. Karenanya saat ini ia begitu canggung bertemu dengan Haebyul. Haebyul tampak sedang duduk di ranjangnya. Ia bahkan tidak menegur Youngmin ketika Youngmin memasukki ruangannya. Mereka berdua terdiam dalam kesibukan mereka.

Youngmin pun selesai merapikan barang-barangnya. Ia kemudian berbalik menghadap Haebyul untuk berpamitan. Meskipun Haebyul masih tak mau menatapnya, Youngmin tetap memberanikan diri untuk mendekati Haebyul.

“Haebyul-ah…”

“jadi semua itu benar?” sela Haebyul. “kamu benar-benar namja?”

Youngmin menundukkan kepalanya. “Mianhae. Aku tak seharusnya melakukan ini padamu. Aku tak pernah bermaksud untuk membohongimu. Jeongmal mianhaeyo.”

Haebyul kemudian menyentakkan kakinya dan bangkit berdiri dihadapan Youngmin. Youngmin langsung menundukkan kepalanya semakin dalam, takut menghadapi amarah Haebyul.

“NAPPEUN NEO!!” bentak Haebyul.

Youngmin yang terkejut mendengar seruan Haebyul memutuskan untuk mudur satu langkah. Kemudian ia mendengar Haebyul sudah terisak.

“jeongmal nappeuda. Bagaimana bisa kau melakukan ini padaku. Nappeun saram…”

Youngmin akhirnya memberanikan diri untuk mendekati Haebyul yang sudah menangis. Bagaimanapun ia paling tidak ingin melihat Haebyul menangis, tapi kini ia malah membuat perempuan yang disayanginya ini menangis.
“Jangan menangis. Aku tak bisa melihatmu menangis. Jeongmal mianhae…” ujar Youngmin sambil mengelus puncak kepala Haebyul.

Youngmin kemudian berbalik hendak meninggalkan ruangan. Tapi Haebyul sudah mencekal tangannya dan menahan kepergiannya.

“Kajima. Kajima neo baboya. Jebal,” pinta Haebyul.

Youngmin melepaskan cengkraman haebyul dan menggenggam tangan mungil Haebyul. Ditatapnya manik mata Haebyul yang terus mengalirkan bulir air mata. Kemudian Youngmin menghapus jejak-jejak airmata Haebyul yang membanjiri pipinya.

“Uljima. Mianhae.” Bisik Youngmin.

Braaakk.

Terdengar suara pintu kamar yang terbuka disusul dengan suara riuh rendah –yang Youngmin yakini adalah seluruh penghuni asrama perempuan.

“wahh lihatlah. Inilah yang mereka lakukan setiap malam. Dasar mesum! Bisa-bisanya menyamar menjadi yeoja!”

Tanpa perlu melihat Youngmin sudah tahu siapa yang mengeluarkan kata-kata kasar tersebut. Dia adalah Seulmi, yang memergoki perkelahiannya dengan Kwangmin kemarin serta mengetahui kenyataan kalau dirinya bukanlah perempuan.

“Aku akan pergi dari sekolah ini, Seulmi. Jadi kamu jangan lagi menciptakan fitnah-fitnah seperti itu,” geram Youngmin.

Youngmin kemudian mengangkat kopernya dan meninggalkan Haebyul yang masih menangisinya.

***

Jepang, 6 bulan kemudian.

Tampak seorang pemuda dengan rambut berwarna hitam pekat tengah berdiri di depan sebuah makam. Ia meletakkan bunga mawar putih –bunga kesukaan dari penghuni makam tersebut. Ia kemudian berjongkok menatap sebuah pigura foto yang menampilkan seorang perempuan cantik yang tengah tersenyum bahagia. Pemuda itu tanpa sadar ikut menyunggingkan senyumannya, mengikuti perempuan dalam foto tersebut.

“Yura, apa kabar? Bagaimana kehidupanmu disana? Apa kamu bahagia? Kuharap kamu bahagia disana, karena dengan begitu aku juga bisa ikut bahagia disini.” Ujar pemuda tersebut mencoba berkomunikasi dengan batu nisan yang tampak dingin itu.

“gomen ne (maaf). Maaf karena aku baru datang sekarang. Maaf karena tidak ikut mengantarmu. Maaf atas keegoisanku. Maaf karena aku berbahagia sendiri tanpamu. Maafkan aku,” lirihnya.

“tapi seperti yang kau bilang padaku di hari terakhir kita bertemu. Kamu berharap aku menemukan orang yang bisa menyayangiku bukan? Dan kau tahu? Aku sudah menemukannya. Namanya Do Hweji. Dia gadis yang baik, sama sepertimu. Dan sangat manja sepertimu. Kemarin saja dia protes ingin ikut denganku untuk bertemu denganmu, hehehe,” senyuman yang tersungging di bibir pemuda itu terlihat begitu lara.

Ada pemuda lain berambut kuning kecoklatan sudah berdiri di belakang pemuda berambut hitam itu. ia menepuk pundak pemuda berambut hitam itu. wajah mereka tampak begitu mirip, hanya warna dan model rambutnya saja yang membedakan mereka.

“Kwangmin, kamu datang menjenguk Yura tapi tidak mengabariku?” sapa pemuda berambut kuning kecoklatan.

“Mian Youngmin. Aku hanya ingin berdua saja dengan Yura.” Sahut Kwangmin, pemuda berambut hitam pekat.

“Ahh, baiklah kalau kamu tak mau diganggu,” ujar Youngmin.

“Aniya. Aku sudah selesai bicara dengan Yura.” Sahut Kwangmin yang sudah berdiri menghadap Youngmin. “Yura kami pamit dulu ya. Nanti kami akan datang lagi.”

Kemudian kedua saudara kembar itu berjalan meninggalkan pemakaman beserta masa lalu mereka.

.

.

“Kamu pulang kenapa gak bilang-bilang?” tanya Youngmin ketika mereka berada dalam perjalanan pulang.

“tujuanku pulang adalah untuk menemui Yura.” sahut Kwangmin.

Kemudian mereka kembali terdiam. Sementara supir mereka memacu kecepatan mobilnya menembus jalanan Jepang.

“apa kabar dengan Dweji? Kalian masih berhubungan?” tanya Youngmin lagi. Dan kali ini Kwangmin hanya menyahuti dengan deheman singkat. Tapi Youngmin belum menyerah. “bagaimana dengan Academy? Apa setelah kepergianku semua kembali seperti biasa?” dan lagi Kwangmin hanya menjawabnya dengan anggukan.

Walau enggan tapi Youngmin tetap bertanya pada Kwangmin. Dan selalu, semua pertanyaannya hanya dijawab dengan ya, eoh, ne, hmm atau hanya dengan anggukkan. Youngmin sebenarnya penasaran akan kabar Haebyul. Sudah enam bulan mereka berpisah tapi tak ada kabar apapun tentang Haebyul. Kwangmin juga jarang bercerita dengannya baik tentang kehidupannya di Seoul sana atau tentang Haebyul.

“bagaimana dengan Minwoo? Apa dia merindukanku?”tanya Youngmin lagi –yang untuk kesekian kalinya ia bertanya tentang Minwoo.

“Sudah sampai. Aku akan tinggal disini jadi kamu pulanglah.” Ujar Kwangmin yang lalu keluar dari mobil.

Youngmin melihat sekelilingnya. Ini adalah rumah neneknya, disinilah ia bisa kenal dengan Yura yang merupakan tetangga neneknya. Kenapa Kwangmin malah ingin tidur disini bukan dirumahnya?

“Yah Jo Kwangmin! Sampai kapan kamu akan bersikap seperti ini?! Yang harusnya marah adalah aku tau!” seru Youngmin. Youngmin pun ikutan turun dari mobil.

Ingin ia memaki Kwangmin lebih jauh lagi, tapi tidak jadi, melihat Kwangmin kini sudah berdiri berhadapan dengan seorang perempuan. Youngmin tidak bisa melihat dengan jelas siapa perempuan itu tapi tampaknya perempuan itu tengah marah juga pada Kwangmin – karena kedua tangannya yang tengah berkacak pinggang.

“tega sekali kamu Tuan MVP. Meninggalkanku sendiri disini! Bukankah kamu janji membawaku untuk menemuinya?! Ishh menyebalkan sekali kamu ini.” Seru perempuan itu.

Hanya dengan mendengar celotehan perempuan itu, Youngmin bisa menebak identitas perempuan itu. tapi ia tak mau mengangkat harapannya yang begitu merindukan suara ini. Mungkin saja ini efek karena ia merindukan pemilik suara itu. ya, tidak mungkin kalau Haebyul ada disini. Mengingat perpisahan mereka enam bulan lalu yang pasti menyisakan kebencian di diri Haebyul.

“itu orangnya sudah datang. Lakukanlah sesukamu.” Sahut Kwangmin yang sudah menunjuk kearah Youngmin.
Kini Youngmin bisa melihat dengan jelas siapa yang sedang berbicara dengan Kwangmin. Disana berdiri perempuan sudahh yang menyita seluruh pikirannya belakangan ini. Perempuan yang selalu hadir di setiap mimpinya. Haebyul ada disini, dihadapannya.

“Yah! Neo! Nappeun saram! Kemari kamu! Menyebalkan sekali kamu! Pergi begitu saja dan tidak pernah mengirimiku surat! Membuat orang khawatir saja!” bentak Haebyul.

“Apa yang kamu lakukan disana? Apa tidak ingin menghampiriku? Memelukku? Kwangmin bilang kamu menyukaiku,” seru Haebyul yang sudah menatap Kwangmin tajam. Tapi Kwangmin hanya angkat bahu dan malah melengos masuk rumah.

“kamu Haebyul? Apa yang kamu lakukan disini?” bingung Youngmin yang masih tak bergeming.

“Aku merindukanmu babo! Kamu pergi begitu saja tanpa memberi penjelasan padaku. Ahh dulu kupikir aku punya kelainan karena menyukaimu yang adalah seorang yeoja. Tapi ternyata kamu namja. Dan kamu bukannya menenangkanku malah pergi begitu saja. Nappeun!”

Youngmin akhirnya menghampiri Haebyul dan menyentuh wajahnya. “kamu benar Haebyul….” detik berikutnya Youngmin sudah menarik Haebyul ke pelukannya.

“tunggu dulu,” sela Youngmin yang lalu melepas pelukannya. “kamu bilang apa tadi? Kamu menyukaiku?”
Haebyul mengangguk. Dan lalu memeluk Youngmin lagi. “kamu juga menyukaiku kan?”

Youngmin hanya bisa mempererat pelukannya. “Hmmm. Hontouni daisuki (sungguh suka)! Aishiteru Haebyul(aku cinta kamu Haebyul)!!”

***

END

Ahahahaha endingnya gaje.. tapi akhirnya selese juga ini cerita. Seperti yang saya bilang, saya gak akan pernah gak menyelesaikan FF saya. *terbukti ini selesai dalam waktu setahun dari akhir 2011 sampe awal 2012*

Harusnya ini jadi dua chapter. Tapi berhubung malas ngembangin lagi, udah gitu mood buat ngelanjutin ini ff udah ilang jadi selesai lah di satu chapter *ini banyak banget adegan yang di skip*
Maaf ya buat yang nungguin series ini. Aku malah bikin endingnya begini.
Yah saya menerima semua protes kalian. Silakan layangkan protes kalian ke dorm beast dan ditujukan pada tuan Yong Junhyung. Karena dia sukses bikin saya galau dan malas bikin cerita romance lagi. *jeongmal gomawo Yong-ssi!!*

Anyway, buat yang udah ngikutin FF ini dari awal sampe akhir serta yang gak sengaja mampir buat baca FF ini saya ucapkan :

KAMSAHAMNIDA!! ARIGATO GOZAIMASU!! SANKYU!!

Bee pamit!! Sampai jumpa di project berikutnya!!
Annyeong ❤

FF – Twins Love Story | chapter 5 (end) : Love for Twins | by beedragon

21 thoughts on “FF – Twins Love Story | chapter 5 (end) : Love for Twins | by beedragon

Leave a reply to youngheeboo Cancel reply