FF / Brother Complex / NC17 / TwoShoot-part1


Title : Brother complex

Author : Ratu Puteri aka Beedragon

Genre : Romance, Family, angst (?)

Rating : NC17/Straight

Cast :
Taemin Shinee as Taemin
Suzy Miss A as Suzy
Sulli F(x) as Sulli
IU as Lee Jieun

Other cast:
Minho Shinee as Minho
Jiyeon T-ara as Jiyeon
Jiyoung Kara as Jiyoung

Length : Two Shoot

Disclaimer: ide cerita ini adalah murni milik Author dan tidak menjiplak karya orang lain. TAKE OUT WITH FULL CREDIT. No Copy Paste and Don’t Be Silent Reader.

Warning : beberapa adegan dalam FF ini mengandung sedikit kekerasan. Diharapkan reader bisa memilah mana yang baik dan yang buruk. Mohon untuk tidak meniru beberapa adegan di FF ni ke dunia nyata. NO SILENT READER PLEASE.

Summary: Apa yang harus kami lakukan pada matamu agar Oppa tidak melihat gadis lain. Apa yang harus kami lakukan pada mulutmu agar kau tak tersenyum pada perempuan lain. Apa yang harus kami lakukan agar kamu bisa kami miliki seutuhnya tanpa ada wanita lain yang mengganggu. Tentu saja kami akan melakukan apa saja agar Oppa hanya melihat pada kami, tersenyum pada kami dan pastinya MENCINTAI kami.

====beedragon====

 

“Kami berangkat ya,” ucap Appa. “Kita akan pergi ke Thailand selama 10 hari, jadi kamu jaga adik-adikmu ya, Taemin. Kami akan pulang hari Minggu depan.”

“Eomma titip si kembar ya, Taemin,” kata wanita disamping Appa.

“Kalian jangan nakal ya. Harus menurut apa kata Taemin oppa. Karena dia Oppa kalian. Arrachi?” sekarang wanita itu sedang menasehati dua gadis di sebelahku.

Ahh, maaf. Aku belum memperkenalkan diri. Kenalkan, aku Taemin, Lee Taemin. Dua perempuan di sebelahku adalah si kembar, Sulli dan Suzy. Dan wanita dihadapan ku ini adalah ibu mereka. Dia menikah dengan Appa-ku 15 tahun yang lalu, saat si kembar lahir ke dunia ini. Karenanya aku benci setengah mati pada si kembar dan Eomma-nya. Sebab kehadiran si kembar lah yang membut Appa meninggalkan Eomma-ku.

Appa meninggalkan Eomma demi wanita ini. Aah, aku tahu dari dulu kalau Appa memang ingin anak perempuan. Makanya waktu dia tau kalau wanita ini punya anak perempuan yang merupakan darah dagingnya, secepat kilat Appa langsung meninggalkan Eomma. Membuat Eomma-ku sakit-sakitan sampai akhirnya meninggal dunia.

Sebenarnya aku juga tak mau tinggal disini. Tinggal serumah dengan orang yang suda menghancurkan kebahagian Eomma-ku. Tapi Appa selalu melarangku untuk pergi dari rumah ini, karena katanya aku adalah hartanya satu-satunya. Walaupun dia bilang begitu, tapi pada kenyataannya sikapnya tidak sama dengan ucapannya. Karena Appa hanya memperhatikan kedua anak perempuannya.

Aku membenci si kembar bukan semata-mata karena kehadiran mereka yang sudah menghancurkan keluargaku. Tapi karena mereka benar-benar sangat mengganggu. Mereka benar-benar seperti bencana dalam hidupku. Mau tahu kenapa. Karena mereka sukses membuatku dijauhi oleh teman-temanku. Mereka juga sudah membuat semua kekasihku meninggalkanku.

Sebenarnya mereka adalah anak yang manis. Di sebelah kiriku ini adalah Suzy. Gadis yang feminim, ramah dan menyenangkan, seperti itulah dia ketika dihadapanku. Tapi menurut teman-temanku, Suzy ini sangat menyeramkan dan galak. Tentu saja aku percaya kata-kata mereka.

Dan di sebelah kananku adalah Sulli. Dia maknae di keluarga kami, karena dia lahir 15 menit setelah Suzy. Dia juga merupakan anak yang manis, sopan dan sangat penyayang, lagi-lagi seperti itulah sikapnya ketika di depanku. Kalau menurut teman-temanku, Sulli ini kasar dan tidak tahu aturan. Dan aku percaya saja pada temanku, karena aku juga tidak menyukai keduanya.

Coba kalian lihat postur badan mereka. Mereka ini adalah siswi kelas 3 SMP, tapi bagaimana bisa memiliki fisik yang sama seperti teman-teman sekampusku. Harusnya anak SMP itu kan mungil-mungil, tapi mereka, ahh aku bahkan tidak bisa mendeskripsikan mereka dengan kata-kata.

Nee*,” seru mereka berbarengan. 

“Nah semuanya baik-baik ya selama kami pergi.” Lagi wanita itu berpesan pada kami. “Annyeong.”

Dan akhirnya mereka benar-benar pergi. Mereka pergi meninggalkanku dengan dua bencana ini. Apa mereka mau membuatku mati perlahan menghadapi dua nasib buruk ini sendirian?

====beedragon====

“Oppa, mau kemana?” tegur Sulli.

“Mau tidur, wae?” sahutku datar. Aku sedang tidak ingin bersikap baik pada mereka.

“Oppa, nanti sore aku kan mau ada les renang. Oppa bisa antar aku kan?” katanya.

“Oppa, aku juga nanti sore ada les balet. Oppa antar aku juga,” Suzy menyahut.

Ahh, sekarang aku mau dijadikan supir oleh mereka. Yang benar saja.
“Kalian les jam 12 kan? Sekarang masih jam 10. Aku mau tidur dulu. Nanti kalau aku tidak bangun, kalian pergi aja dengan taksi.”

Aaahhhh, tapi aku mau diantar sama Oppa,” lagi-lagi mereka melakukan hal yang kubenci, berbicara berbarengan seolah pikiran mereka itu sama.

“Nee, tapi aku mau tidur dulu,” aku kembali menaiki tangga menuju kemarku.

“Oppa, lapar,” ucap Suzy.

“Oppa, kita makan apa?” Tanya Sulli.

“Tinggal delivery order gak susah kan!” bentakku.

Aku disuruh jadi supir mereka dan sekarang minta makan padaku. Kita kan punya asisten rumah tangga, apa tidak bisa mereka minta padanya. Kenapa harus aku? Memangnya aku ini baby sitter mereka?!

====beedragon====

“Sulli, turun kamu!” bentak Suzy.

“Aku yang duluan. Kamu duduk di belakang aja,” sahut Sulli.

“Tapi aku mau duduk di depan. Kamu maknae pindah kebelakang.”

Shirreo. Kamu mengalahlah, kamu kan eonnie, masa tak mau mengalah sama dongsaengnya sendiri.”

“Tak ada hubungannya jadi eonnie atau bukan. Yang penting sekarang kamu turun.”

“Ahh shirreo!! Tak ada hubungannya jadi maknae, aku yang duluan duduk disini.”

Aku sudah bersiap menjadi supir mereka ketempat les mereka masing-masing. Tapi mereka malah bertengkar di mobilku sekarang. Suzy yang ingin duduk di depan, sementara Sulli sudah terlebih dulu duduk disana. Jadi sekarang mereka sedang bertengkar rebutan bangku.

Kalau tidak aku hentikan, maka akan selamanya mereka bertengkar seperti ini. Sebab tidak akan ada yang mau mengalah.

“Sulli, kamu turunlah,” ucapku.

Mwo?! Ahh oppa, kan aku duluan yang duduk disini,” protes Sulli.

“Turun kataku.”

Dan Sulli pun menurut. Dia turun dari bangku depan sambil bersungut-sungut. Sementara Suzy melakukan mehrong padanya sambil bergegas untuk duduk. Tapi sebelum Suzy sempat masuk dan duduk, aku sudah terlebih dulu menutup pintu depan. Hal ini membuat Suzy bingung dan dia mengetuk-ngetuk pintu depan.

“Oppa, buka,” pinta Suzy.

Akupun membuka kaca mobil dan berkata, “kalian berdua duduklah di belakang. Kalau kalian masih juga bertengkar seperti tadi maka akan kutinggalkan kalian dan kalian bisa pergi les naik taksi. Pilih mana?”

Mereka pun menurut. Masih bertengkar mereka akhirnya duduk manis di bangku belakang. Kurasa sikapku kali ini cukup adil. Tidak membela juga tidak menyalahkan. Ahh, sebenarnya mereka ini anak yang manis. Kalau saja mereka semanis ini ketika bersama dengan teman-temanku.

====beedragon====

*flashback 3 years ago*

“Jiyeon-ah, maukah kamu jadi pacarku. Aku sudah menyukaimu sejak lama dan aku ingin kamu menjadi pacarku. Apa kamu mau menerimaku?”

Aku bertemu dengan Jiyeon yang merupakan kakak dari temannya Suzy. Anaknya menyenangkan, karena itu aku jatuh cinta padanya, dan memutuskan untuk memacarinya. Bahagianya aku karena dia menerima cintaku. Tapi itu semua hanya berlangsung sesaat. Karena Jiyeon memutuskan hubungan ini setelah tiga bulan kami menjalaninya.

“Oppa, kurasa lebih baik kita putus saja. Aku sudah tak kuat lagi. Aku mau mengakhiri semuanya. Ini adalah yang terbaik untuk kita dan orang-orang di sekitar kita.” Begitu katanya ketika meneleponku.

Setelah Jiyeon mengatakan itu, dia tak pernah lagi muncul dihadapanku. Dia pergi meninggalkanku dengan sejuta pertanyaan di benakku.

Beberapa temanku bilang kalau dia pindah keluar kota, tapi tak ada yang tahu Jiyeon pindah kemana.

“Yang aku tahu ya, Jiyeon pindah karena adiknya lagi sakit,” kata temanku.

“Memangnya kenapa dengan adiknya, si Boram kan? Sakit apa dia?” tanyaku.
Pantas saja Boram sudah tak pernah lagi main kerumah. Karena Boram yang suka main bersama Suzy dirumah, aku jadi bisa mengenal Jiyeon yang selalu datang untuk menjemputnya pulang. Tapi belakangan memang Boram tak pernah lagi kelihatan sejak beberapa hari sebelum Jiyeon memutuskanku.

“Boram jatuh ditangga sekolah. Seharian kritis karena keadaannya cukup parah, dan dia hampir cacat. Dan kamu tahu apa yang Boram katakan setelah dia sadar. Dia menyuruh Jiyeon untuk putus darimu. Itu yang Jiyeon bilang padaku.”

“Maaf, Taem. Bukannya aku mau mengadu domba antara kamu dan adikmu. Tapi menurut beberapa temannya Boram yang diinterogasi oleh Jiyeon, sebelum kecelakaan itu, Boram terakhir kali terlihat bersama adikmu, Suzy. Tapi yah bisa saja dia bertemu orang lain juga. Aku juga tak menyalahkan Suzy sebagai penyebab jatuhnya Boram. Tapi sejak kecelakaan itu dia begitu takut sama kamu dan juga Suzy, dia ngebuang semua foto-fotonya dengan Suzy bahkan meminta Jiyeon untuk putus darimu. Yah tapi kita tak bisa asal mengambil kesimpulan seperti itu sih. Namanya juga anak kecil. Pasti mereka bertengkar gimana gitu kan ya.”

Aku termenung mendengar kata-kata temanku ini. Dia adalah orang yang paling dekat dengan Jiyeon. Jadi dia pasti tidak bohong atau melebih-lebihkan. Apa Suzy orang yang sudah membuat jiyeon pergi mencampakkanku? Apa Suzy yang mencelakakan Boram?

Ketika aku konfirmasi pada Suzy dia hanya berkata, “Hah?! Boram kecelakaan?! Ya ampun Oppa, kita harus menjenguknya. Kok tak ada teman yang bilang padaku sih? Pantas aja dia tak pernah keliatan di sekolah.”

Kalau seperti ini aku harus menjawab apa? Dengan polosnya Suzy bilang kalau dia tidak tahu soal Boram.
“Dia mendapat hukuman dari Tuhan karena dia udah mencoba untuk merebut Oppa dariku. Dia mendapat hukuman melalui Boram.”

Aku yakin betul dengan apa yang aku dengar ini. Walau dia bicara berbisik-bisik tapi aku masih bisa mendengar dengan baik. ‘dia mendapat hukuman karena sudah berusaha merebut oppa dariku’ apa maksud kata-katanya ini. jadi benar kalau dia yang mencelakai Boram agar Jiyeon menjauhiku.

Aku berusaha untuk tidak sembarangan ambil kesimpulan, karena aku tidak punya bukti. Tapi aku akan pastikan kalau apa yang kupikirkan ini salah. Karena biar bagaimanapun, Suzy hanyalah anak kecil berumur 12 tahun yang tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Apalagi Boram adalah sahabat baiknya.

Biarlah aku akan menunggu sampai waktu yang memberikan jawabannya.

====beedragon====

Satu tahun sejak aku berpisah dengan Jiyeon, aku bertemu Jiyoung. Dia senior Sulli di kelas renang. Dia gadis yang baik dan lagi dia juga cukup dekat dengan Sulli. Dan aku jatuh cinta padanya. Kembali aku mencoba peruntunganku dengan menyatakan perasaanku padanya. Ternyata dia juga memiliki perasaan yang sama padaku. Kami pun pacaran.

Kali ini cukup lama kami bersama. Setelah lima bulan lamanya Jiyoung akhirnya juga meninggalkanku. Juga meninggalkan impiannya menjadi perenang professional. Kali ini aku tak perlu menunggu orang lain yang mengabarkan padaku. Karena aku yang akan mencari tahu sendiri kenapa dia meninggalkanku.

Menurut anak-anak yang sekelas dengan Jiyoung, dia berhenti berenang karena bahunya cidera. Jiyoung sudah di vonis tidak akan bisa berenang lagi dengan kondisi seperti itu. Dan hal itu membuatnya terpukul sampai akhirnya dia pergi.
Dan lagi-lagi aku mendengar cerita yang tidak enak tentang adikku. Beberapa anak bilang kalau Sulli yang mendorong Jiyoung ketika mereka berdua sedang ada di atas ppapan loncat -tempat yang biasa dipakai perenang untuk melakukan loncat indah.

Jiyoung tidak langsung jatuh ke kolam karena di sempat bergantung di papan selama beberapa saat. Anak-anak yang lain bilang kalau Sulli-lah yang mencoba menyelamatkan Jiyoung. Karena Sulli mencoba membantu Jiyoung dan menahan Jiyoung agar tidak jatuh. Tapi karena hal itu belikat kanan Jiyoung bergeser. Dan walaupun sudah dioperasi, keadaannya tetap tidak memungkinkan untuk berenang lagi.

Kali ini kembali aku konfirmasi pada Sulli dan akan kupastikan dia mengatakan yang sebenar-benarnya. Jangan sampai kejadian seperti Suzy-Jiyeon dahulu kala. Karena aku tahu persis Sulli lebih polos daripada Suzy.

“Kudengar Jiyoung berhenti berenang. Kamu tahu kenapa?”

“Kata anak-anak sih bahunya cidera dan dia jadi tak bisa berenang lagi,” jawabnya enteng.

“Kenapa bahunya bisa sampai cidera?”

“Kurasa karena dia lebih menyayangimu daripada impiannya. Hanya orang bodoh yang meninggalkan impiannya hanya untuk cinta sesaat, Ya kan Oppa?”

Jawabannya ini sukses membuatku shock. Padahal aku dan Jiyoung tidak pernah mengumumkan kepada siapapun kalau kami saling mencintai dan kalau kami sudah pacaran. Karena itu aku bisa bertahan dengannya selama 5 bulang belakangan. Tapi ternyata mata adikku tak bisa di bohongi.

Mereka benar-benar senang melihatku sendirian. Sejak kejadian ini aku tak pernah lagi mau bersikap manis pada mereka. Aku tak pernah mau menjawab pertanyaan mereka. Dan aku memutuskan untuk menjaga jarak dari mereka.

*flashback end*

Satu tahun berlalu sejak kejadian tentang Jiyoung. Aku sudah menginjak bangku kuliah. Aku sekarang jadi mahasiswa. Suasana baru, teman baru dan tentu saja cinta yang baru. Di kampus inilah aku merndapatkan ilmu sekaligus mendapatkan kebahagiaan.

Lee Jieun, yeoja yang sudah mencuri hatiku. Kali ini aku akan menjaganya dari sentuhan tangan nakal adik kembarku. Aku sudah memutuskan untuk menjadikannya kekasihku, karena dia begitu manis dan lembut seperti Eomma. Kurasa dia adalah malaikat yang Eomma titipkan padaku.

Tapi aku takut kalau kedua anak ‘sakit’ itu mengetahui hubungan kami. Karenanya aku merahasiakan hubungan ini. aku tak pernah membiarkan Jieun hanya terlihat berdua denganku. Itu aku lakukan karena aku selalu merasakan kehadiran si kembar di sekitarku.

Aku juga tidak memberitahukan kepada siapa-siapa tentang hubungan kami. Hanya beberapa sahabatku saja yang tahu, tentu saja mereka juga tahu tentang kondisiku dan kedua adikku.

Aku memutuskan untuk menjadikan Jieun sebagai pelabuhan terakhir cintaku. Aku ingin memiliki Jieun seutuhnya. Tapi aku masih bingung, bagaimana caranya agar si kembar tidak mengganggu.

“Oppa, kamu sedang memikirkan apa?” tanya Jieun yang duduk di sebelahku.

Setelah mengantar si kembar ke tempat les mereka, aku pergi ke kampus untuk bertemu dengan Jieun. Padahal aku sedang tidak ada kelas hari ini. Beginilah keseharianku. Hanya bisa bertemu Jieun di kampus, karena aku tak berani mengajaknya jalan, takut kalau nanti tiba-tiba bertemu si kembar.

“Tak ada yang kupikirkan,” jawabku sambil membolak-balik buku anatomi tubuh manusia.

“Aku bukannya ingin memaksamu, Oppa. Tapi mau sampai kapan kita seperti ini terus. Kita terus berlari, bersembunyi dan menghindar. Tapi selamanya kita tidak akan bisa melakukan ini. Pasti suatu saat mereka akan tahu. Mungkin satu tahun ini kita aman, tapi hari-hari berikutnya kita Tak tahu apa yang akan terjadi,” ucap Jieun.

Dia juga melakukan hal yang sama denganku, berbicara sambil membolak balik halaman buku psikologinya. Siapapun yang melihat gerak gerik kami pasti menduga kalau kami sedang menghapal isi buku itu. Kami selalu melakukan hal ini. Kami berdua akan membuka buku kalau ingin berbicara satu sama lain, hanya sebagai kamuflase. Karena takut kalau tiba-tiba dongsaengku muncul dan melihat kami bercengkrama, bisa-bisa Jieun mengalami hal yang sama pada mantan kekasihku dulu.

“Aku tahu. Itulah yang sedang aku pikirkan sekarang. Aku juga ingin sekali pergi dari rumah itu. Ingin lepas dari mereka. Tapi mau bagaimana, Appa tak mengijinkanku keluar sebelum aku dapat gelar dokterku. Dan itu masih 4 tahunan lagi. Aku ingin secepatnya pergi dari sini bersamamu. Hidup bahagia bersama selamanya. Tapi apa yang harus aku lakukan. Kedua anak itu seperti magnet yang terus menempel, karena mereka selalu tahu kemanapun aku pergi,” jawabku.

“Kalau begitu mulailah dengan memberi pengertian pada mereka,” ucap Jieun lembut.

Betapa beruntungnya aku memilikinya. Dia dengan relanya mau menyembunyikan identitasnya sebagai kekasihku. Dia tidak pernah protes walaupun aku tidak pernah mengajaknya kencan tiap akhir pekan. Dia yang pasrah walau hanya bisa bertemu denganku di kampus saja. Dia terlalu pengertian pada kondisiku.

“Kamu tidak mengenal mereka. Mereka bisa melakukan apa saja untuk menyingkirkanmu. Dan aku tak mau melihatmu terluka.”

“Kalau tak mau melihat Jieun terluka, kurasa sebaiknya kalian duduk berjauhan sekarang,” seseorang memotong pembicaraan kami.

Namja berpostur badan tinggi tegap itu langsung duduk diantara aku dan Jieun. “Bagaimana bisa kalian berduaan disini, sementara dua yeodongsaengmu ada di sini.”

Mwo!!” aku berteriak kaget, “Minho, kamu lihat dimana? Aku baru aja mengantarkan mereka ke tempat les mereka.”

“Ohya? Kalau begitu anak yang kulihat di gerbang kampus tadi itu adalah bayangan mereka,” jawabnya enteng.

Padahal baru saja aku mengantarkan mereka ke tempat les mereka, tapi ternyata mereka ada disini. Aku tak habis pikir, mereka benar-benar seperti bayanganku saja. Mereka selalu mengikutiku kemanapun aku pergi, seperti stalker atau paparazzi. Mau gila aku dibuatnya.

“Nah sekarang mereka ada disini, arah jam dua,” ucap Minho sambil merangkul Jieun dan tersenyum padanya.

Beginilah aku. Ketika tahu ada si kembar di sekitarku Minho langsung menggantikan posisiku, berpura-pura sebagai kekasih Jieun. Akulah yang mencetuskan hal itu. Minho semdiri menyetujuinya, karena dia tahu tentang kejadian Jiyeon, jadi Minho tidak mau Jieun juga merasakan hal yang sama seperti Jiyeon.

Aku bergegas mengeluarkan handphoneku dan menyalakan kameranya. Ku sorot ke arah yang ditunjukkan Minho tadi. Dan benar saja ada mereka, Sulli dan Suzy, disana sedang di rayu oleh beberapa anak lelaki.

“Wahh, daebak. Aku udah seperti selebritis aja yang punya stalker sejati seperti mereka. Benar-benar menyeramkan.”

“Kurasa adikmu itu sakit, Taem,” kata Minho.

“Nee, aku juga tahu kalau mereka sakit. Mereka itu sakit jiwa!” seruku.

“Bukan itu. Ada nama penyakitnya untuk mereka itu. Baru kemarin aku belajar di kelas psikolog. Apa ya? Kalau tak salah Sister complex,” ucap Minho.

“Apa itu Sister Complex. Apa penyakit yang bisa disembuhkan dengan Suntik rabies?” gurauku.

#Plaak

Minho menjitak kepalaku, “babo ya. Bagaimana bisa ada calon dokter babo seperti kamu. Aku bersumpah tak akan berobat ke kamu kalau aku sakit. Bisa-bisa aku tambah sakit lagi.”

“Brother complex,” ucap Jieun tiba-tiba. Dia sedang menatap halaman bukunya yang bertuliskan Brother complex. “Brother complex adalah semacam penyakit kejiwaan dimana seorang saudara perempuan yang menyukai saudara lelakinya secara berlebihan.”

“Aigoo, Jieun pintar sekali. Bagaimana bisa gadis pintar ini kepincut sama calon dokter yang babo itu,” ujar Minho sambil mencubit pipi Jieun.

“Buku itu salah Jieun. Adikku itu BENCI padaku, bukannya suka. Mereka itu tak senang melihatku senang.”

“Penderita Brother complex biasanya memiliki rasa berlebihan pada saudara laki-lakinya dan biasanya mereka itu sedikit posesif. Tidak bisa melihat saudara laki-lakinya dekat dengan orang lain. Kira-kira begitu,” Jieun kembali menjelaskan.

Segera kurebut buku Jieun dan membaca isinya. Semua contoh yang digambarkan dibuku itu sangat mirip dengan kedua adikku. Berarti mereka menderita Brother complex?

“Ada obatnya tidak? Kalau ada akan kuminta anak farmasi membuatkan untukku.” Ya, pikiranku sudah buntu. Aku hanya ingin agar kedua adikku tidak menggangguku dengan orang-orang yang kusayangi.

“Tak ada,” sahut Minho. “Eh mereka sudah pergi.” Minho melihat ke arah dimana Sulli dan Suzy tadi berada.

Aku langsung melihat ke arah dimana tadi si kembar berada. Benar saja, mereka sudah menghilang. Mungkin mereka menyerah membuntutiku.

“Wahh, Taem. Kurasa kamu harus membawa mereka ke psikiater. Mereka itu sudah parah tahu,” tegur Minho lagi.

“Mungkin memang tak bisa diobati. tapi mereka kan bisa diberi pengertian. Karena sampai kapan kita mau sembunyi dari mereka. Justru kalau nanti mereka tahu tentang kita malah akan semakin parah.”

“Jieun, kamu tuh tak kenal sama Suzy dan Sulli. Mereka bisa berbuat senekat yang mereka bisa, kalau mereka tak suka. Dan kamu minta mereka buat pengertian sama kamu, itu sama saja seperti menyuruh Taemin mukul nyamuk. Tak akan pernah bisa,” jawab Minho.

“Ya tapi kan patut di coba. Kalau kita terus takut. Maka kita hanya akan terus berputar-putar seperti ini.”

“Aigoo, Jieun sepertinya sudah kebelet sama kakaknya si kembar yah,” Minho kembali menggoda Jieun dengan mencubit pipi Jieun.

“Yah, Minho. Kalau kamu terus melakukan itu maka aku akan memukulmu.” Tak tahan juga aku melihat Minho terus menggoda Jieun.

“Yah, sekarang kamu baru cemburu? Kan kamu sendiri yang mengizinkan aku buat bertingkah mesra dan berpura-pura jadi pacar Jieun untuk mengelabui dongsaeng-dongsaengmu itu,” protes Minho

“Ya tapi sekarang mereka udah tak ada, jadi hentikanlah.”

“Aigoo. Arraseo arraseo, tak akan aku lakukan. Yah Lee Taemin, kalau kamu memang tak ingin Jieun diambil orang lebih baik kamu ikat dia dan kunci dikamar. Dengan begitu tak akan ada yang mengganggu Jieun lagi.”

“Gila,” ucapku sambil beranjak dari bangku.

“Oppa, mau kemana?” tegur Jieun.

“Jemput mereka.”

“Yah mereka kan baru aja dari sini. Lagian mereka tak mungkin balik ke tempat les mereka lagi. Sudah kamu disini saja. Mau kemana sih buru-buru amat. Ahh iya orangtuamu ke Thailand hari ini ya? Jadi mereka pergi?” tanya Minho.

“Iya, kenapa? Mau minta oleh-oleh?”

“Ohh berarti nanti kamu hanya bertigaan aja tuh sama Sulli dan Suzy? Ohh pantesan mau buru-buru pulang. Mau ngapain kalian nanti malam?” goda Minho.

#Plaakk

Sekarang gantian aku yang memukul kepala Minho. “Yah, yang ada di otakmu itu apa sih. Bagaimana bisa ada calon psikolog yang otaknya mesum kaya kamu?”

“Yeee, siapa yang mesum coba. Aku baru aja mau menawarkan diri menemani kamu di rumahmu nanti. Kan siapa tahu saja si kembar ambil kesempatan nanti malam ke kamu,” jawab Minho sambil mengusap-usap kepalanya.

“Itu sama aja, baboya. Dasar calon psikolog mesum. Aku pergi dulu.”

“Oppa, kamu harus berbaik hati sama mereka. Kamu juga harus tunjukkan sama mereka kalau kamu juga sayang mereka. Dengan begitu mereka tak akan tersaingi oleh siapapun. Jadi kamu jangan terlalu galak sama mereka. Mengerti?” Jieun menasehatiku.

“Ya, akan kucoba,” jawabku. “Walaupun agak susah.”

====beedragon====

Aku berdiri dengan bersandar pada pintu mobilku. Aku mulai menyesali niatku untuk menjemput mereka lebih awal, karena sekarang aku hanya buang-buang waktu disini. Tempat les Suzy dan Sulli berdekatan hanya terpisah satu gedung. Jadi aku menunggu di antara gedung balet dan kolam renang.

“Oppaaaaa,” terdengar suara Suzy memanggilku.

Aku lalu membuang muka, malas rasanya menyambut keriangannya. Tapi aku teringat kata-kata Jieun untuk berbaik hati pada mereka. Demi Jieun aku rela melakukan apapun, walaupun itu adalah berlaku manis pada kedua devil ini. Suzy sudah menggelayut manja di lenganku. Aku berusaha untuk mengeluarkan senyum termanisku padanya.

“Bagaimana kelas baletmu tadi? Gerakan apa aja yang kamu pelajari?”

Mendengar pertanyaanku Suzy langsung melongo dan sedetik kemudian berubah sumringah. Mungkin dia bingung karena aku mau menanyakan aktivitasnya.

“Aku tadi belajar gerakan memutar di tempat. Dan tadi aku melakukannya sebanyak lima putaran, sementara yang lain hanya bisa tiga putaran, aku hebat kan, Oppa?” dia bercerita dengan cerianya.

“Aigoo, adikku yang satu ini hebat sekali,” aku mencoba memujinya.

“Jangan panggil aku seperti itu, Oppa,” jawabnya dingin.

Cepat sekali dia berubah, baru sedetik yang lalu di ceria sekarang sudah kembali menunjukkan muka aslinya. Kuperhatikan dia yang sedang mengaduk-aduk isi tasnya.

Jjajjaan,” teriaknya sambil menunjukkan sebuah amplop padaku. “Coba lihat ini, Oppa.”
Aku mengambil amplop itu dan melihat isinya. Ternyata adalah formulir audisi balet.

“Aku dapat formulir untuk ikut audisi balet bulan depan. Dan ini hanya dikasih untuk ballerina terbaik di kelasku. Dan aku dapat satu. Aku hebat kan.”

Aku hanya tersenyum padanya. Harus kuakui dia cukup berbakat. Karena melihat dari formulir ini saja aku sudah tahu kalau ini bukan audisi biasa.

Tapi pandanganku terfokus pada beberapa anak yang baru keluar dari gedung balet tempat Suzy les. Beberapa anak terlihat sedang berusaha mendiamkan temannya yang menangis. Di antara mereka juga melihat ke arah kami sambil menunjuk-nunjuk.

“Oppa, aku boleh yah duduk di depan?” Suzy mengagetkanku.

Andwae, kamu dan Sulli duduk dibelakang. Aku tak mau kalian rebutan lagi seperti tadi. Kamu masuklah dulu ke mobil.” Suzy pun menurut dan langsug duduk di bangku belakang.

Aku langsung pergi menghampiri beberapa teman Suzy itu. Aku langsung menyodorkan amplop formulir Suzy, yang aku yakin pasti milik anak yang sedang menangis ini.

“Ini pasti punyamu kan ya? Ini aku kembalikan. Maafkan Suzy ya.” Entah darimana keyakinan ini, tapi aku merasa bahwa anak inilah pemilik formulir ini.

Anak tersebut kaget melihatku. Dia langsung menolak formulir yang kuberikan. “Aniyo Oppa. Itu memang milik Suzy. Aku hanya sedih karena tak dapat formulir itu. Bukan salah Suzy kok, Oppa.”

“Apa kamu yakin? Ya sudah jangan nangis lagi ya,” hiburku.

Anak-anak itu lalu pergi. Beberapa temannya langsung sibuk berkasak-kusuk di belakangku. Dan tentunya masih bisa kudengar, karena mereka berbisik dengan hebohnya.

“Kenapa kamu tak bilang, tu kan memang punya kamu?”
“Kenapa tak diambil? Padahal Suzy kan sudah merebut formulir kamu?”
“Aku takut. Kalian lihat sendiri bagaimana Suzy ngambil formulir itu dariku. Kalau aku ambil lagi bisa-bisa besok aku beneran digantung sama dia.”

Yah, pendengaranku gak salah. Anak itu memang pemilik formulir ini, tapi Suzy merebutnya. Apa yang dilakukan Suzy sampai anak ini begitu ketakutan. Aku memutuskan untuk tak ambil pusing. Dan berbalik menuju mobilku. Kagetlah aku, karena Suzy sudah berdiri di luar mobil sambil menyilangkan tangannya. Aku hanya bisa menghampirinya dengan tampang polos.

“Oppa apa yang kamu lakukan bersama mereka? Kenapa kamu berbicara pada mereka?” tanyanya dingin.

“Aku hanya menegur mereka karena di antara mereka ada yang menangis.”

“Oppa, apa yang harus aku lakukan agar Oppa tidak memperhatikan gadis lain.”

“Suzy, temanmu menangis karena dia tak dapat formulir ini. Seharusnya kamu hibur dia,” aku berusaha memberi pengertian padanya.

“Anak itu tak pantas dapet formulir ini. Karena akulah yang lebih pantas maka akulah yang dapat,” jawabnya sambil mengambil formulirnya dan lalu masuk ke dalam mobil.

Aku sudah tak kaget lagi dengan perubahan sikapnya ini.

“Oppaaaa!!!” kali ini kudengar suara Sulli berteriak memanggilku.

Akupun langsung menoleh ke sumber suara. Kulihat Sulli sedang berlari-lari kecil ke arahku dengan handuk di pundaknya dan sambil menyeret-nyeret tasnya yang terus jatuh dari pundaknya.

“Kenapa rambut kamu masih basah kuyup begini? Nanti kamu kan bisa masuk angin kalau rambutmu basah begini,” tegurku ketika Sulli sudah sampai didepanku.

Aku lalu mengambil handuk yang ada di pundaknya. Lalu aku mulai mengeringkan rambutnya. Ini adalah hal yang tak pernah kulakukan kepada mereka. Aku menahan rasa tak sukaku pada mereka, ini semua demi Jieun. Demi Jieun aku rela bersikap manis pada kedua devil ini.

Kuperhatikan wajah Sulli yang memerah. “kenapa kamu? Kamu sakit?” tanyaku sambil memegang keningnya.

Ani, aku senang sekali. Oppa jarang sekali melakukan hal ini padaku, makanya aku senang sekali. Ada apa, Oppa? Tumben kamu baik hari ini? Habis darimana kamu tadi?”

“Habis dari kampus. Memangnya selama ini Oppa jahat ya? Sampai kamu bilang begitu?”

“ahh aniyo oppa. Oppa adalah yang terbaik yang kupunya,” puji Sulli sambil mengangkat dua jempolnya.

“Taemin Oppa,” beberapa anak teman-temannya Sulli memanggilku.

Akupun membalas sapa mereka. Aku cukup mengenal anak-anak ini, karena aku pernah mengobrol dengan mereka mengenai masalah Jiyoung dulu.

“Oppa, jangan tersenyum seperti itu pada gadis lain dong. Aku tak suka Oppa tersenyum seperti itu pada gadis lain,” protes Sulli.

“Mereka menyapaku, masa tidak aku jawab. Nanti bisa dikira sombong.”

“Oppa, apa yang harus aku lakukan agar Oppa tak tersenyum pada gadis lain?” ketus Sulli.

“Jangan bicara seperti itu. Kenapa kamu melarangku untuk tersenyum pada orang lain. Tersenyum itu adalah hal yang baik. Apa jadinya dunia kalau kita tak tersenyum?” aku mencoba menasehati Sulli.

Tapi dia tidak mendengarkan, malah langsung masuk kedalam mobil dan duduk disamping Suzy.

Aku menyerah untuk menasehati mereka. Akhirnya aku pun ikut masuk ke mobil dan memutuskan untuk langsung pulang.
Di dalam mobil, mereka hanya terdiam. Mungkin tadi sikapku berlebihan. Aisshh, kalau begini terus sih sepertinya masih jauh dari sukses untuk bisa hidup tenang bersama Jieun. Apa lagi yang harus kulakukan?

====beedragon====

[TBC]

last edited: 131013

*PS: percakapan si kembar yang memakai hurup tebal itu artinya si kembar berbicara berbarengan

Hohohoho… ini adalah ff ter-gaje yang pernah saya buat. Pengen bikin cerita tentang Taemin, tapi bingung mau bikin ff yang kaya gimana. Jadilah seperti ini.
Jadi Mian banget yah kalo taeminnya jadi begini. Yah mau gimana lagi,
Oia buat yang baca wajib banget RCL. Itu udah suatu keharusan. Buat yang RCL saya doain biar bisa jadian sama biasnya *amin*

bee

next are the last chapter

bee akan memproteksi chapter akhir..
password hanya akan diberikan oleh mereka yang meninggalkan email serta judul fiksi yang ingin dibaca ke halaman proteksi.. *dimohonkan untuk membaca dengan jelas peraturan disana.. karena password bisa kalian dapatkan sendiri tanpa harus bertanya pada bee*
Passwordnya HANYA akan diberikan pada mereka yang sudah jadi penghuni planet ini.. karena itu DAFTARKAN diri kalian dengan buat perkenalan di halaman residence *jika kalian mampir kehalaman ini maka kalian akan bisa tahu passwordnya 😀 *
thanks for your attention!! annyeong!!

beedragon_art all right reserved

FF / Brother Complex / NC17 / TwoShoot-part1

46 thoughts on “FF / Brother Complex / NC17 / TwoShoot-part1

  1. wahyu says:

    wahh cerinya bagus
    annyeong author salam kenal aku reader baru
    penasaran akhirnya seperi apa?
    karena aku maunya taemin oppa sma suzy tapi suzy jadi adik perempuan nya.
    ya sudahlah dilihat saja nanti akhirnya
    oh iya author
    aku minta pw nya part 2 dong yayayaya

  2. yeongikim says:

    anyeong new read here ^_^
    suzy ama sulli sikapnya ketrlaluin>_+
    bru nemu ff kaya gni 😀
    FRESSH./../
    KEEP WRITING THOR//..

Leave a reply to yeongikim Cancel reply